Judul dalam bahasa Kulisusu: Miano Konawe
Diceritakan oleh: La Tunde
Tanggal: Maret 1996
Cerita ini, ceritanya orang Konawe. Orang Konawe itu datang pindah di Kulisusu sekeluarga.
Pertama-tama mereka datang tinggal di pelabuhan Sori, dan berkebun. Kemudian mereka tidak tahan tinggal di situ. Mereka menanam pisang, samapi ditebang pisangnya, kemudian dijadikan pagar karena kalau sudah terbang ikan cendro langsung di tempat-tempat tinggalnya orang-orang itu.
Setelah itu, mereka pindah di gunung Ungka-ungkaya. Setelah pindah ke gunung Ungka-ungkaya, begitu juga. Mereka tidak tahan dengan adanya ikan cendro itu.
Setelah itu, mereka pindah di Doule. Pindah ke Doule itu, mereka berkebun di situ. Kebunnya dipagari dengan besi baru menanam padi. Kemudian pagar besinya itu di mana mereka menanam padi dihabiskan babi. Babi itu tidak diketahui jalanannya. Jadi dia memanggilkan anjing kemudian berburuh, kemudian memikul tombak, kemudian berjalan.
Kemudian dia turun di pelabuhan, dia mendapatkan orang menengada ke mata hari. Inilah sehingga Wamboule dinamakan Mata Oleo (mata hari).
Setelah itu, dia berjalan lagi, dia mendapatkan orang sementara mengambil buah keluak di dalam rawa. Iitulah sehingga disebut Epe (rawa).
Setelah itu, dia berjalan lagi menemukan orang sementara mengambil buah kemboja. Itulah sehingga disebut Jampaka (kemboja).
Setelah itu dia berjalan lagi, kemduain di sini di Membuku dia menemukan orang sementara memperbaiki tembuku perahunya. Itulah sehingga disebut Membuku.
Setelah itu dia datang, dia menemukan orang sedang tidur ngorok. Itulah sehingga disebut Mowuru.
Setelah itu, kemudian datang di sana menemukan lagi pelabuhan yang ada batu tiga. Itulah sehingga disebut pelabuhan Wacu Tolu Boto (batu tiga buah).
Setelah itu, dia datang di pelanbuhan Komba, dia menemukan orang sementara memetik daun sirih. Itulah sehingga disebut pelapuhan Komba.
Setelah itu dia pergi mendapat orang sementara duduk di pasir, celananya sudah hancur pantatnya. Itulah sehingga disebut pantai Moruta.
Kemudian dia berjalan lagi, lalu mendapat pasir. Kemudian pasir itu luas. Itulah sehingga disebut One Ea.
Setelah itu, dia berjalan lagi, di sana dia ketemu orang sementarah marah di kerumuni monyet di kebunnya. Itulah sehingga disebut pelabuhan Sampuna.
Kemudian dia berjalan lagi, lalu menemukan kera itu sau rombongan. Di situlah sehingga disebut Wonua Ndoke (daerah monyet).
Setelah itu di berjalan lagi, dia menemukan orang yang sedang duduk-duduk di tempat jalannya babi. Itulah sehingga tanjung itu disebut Koro (jalan binatang).
Setelah ini, dia menyeberang di Kotawo. Tiba di Kotawo, dia menemukan buaya sedang tanam diri di dalam kulit padi. Itulah sehingga disebut Kotawo.
Setelah itu, dia menyeberang di Pina’o, di sana anjingnya sudah haus. Di situlah bagaimana caranya supaya minum anjing itu? Jadi, dia menusuk tombaknya, kemudian terkeluar air, sampai hari ini mata air itu masih ada, disebut Pina’o.
Padahal babi itu, kalau siang-siang ia pergi ke Wanci. Nanti malam baru datang. Dari Tampuno Koro ia jalan di dalam tanah. Di sana di tengah-tengah kebunnya baru terkeluar.
Di situlah tinggalnya di Doule, kemudian orang itu disebut penguasa Doule.
Cerita ini dapat didengar dalam bahasa Kulisusu. Dapat juga diambil dalam bentuk pdf yang ditulis dalam tiga bahasa.